PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE NON HEMORAGIK
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Latar belakang: Stroke non hemoragik adalah suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak karena terhambatnya atau berhentinya suplai darah ke otak karena adanya sumbatan. Pasien stroke non hemoragik pada umunya akan mengalami gangguan sensoris dan motoris yang mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, serta hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan tubuh dan postur (hemiparesis). Tujuan: Membandingkan kedua masalah keperawatan Stroke Non Hemoragik kedua pasien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan. Metode: Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan. Subjek dalam studi kasus ini dua pasien dengan inisial Ny.N yang berusia 62 tahun dan pasien kedua dengan inisial Ny.M yang berusia 46 tahun, Asuhan keperawatan dilakukan diruang penyakit dalam disalah satu rumah sakit Swasta kota Palembang. Sedangkan proses pengambilan asuhan keperawatan dari tanggal 24 s/d 26 Mei 2019. Analisa data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan yang disajikan secara tekstular/narasi. Hasil: Pengkajian mendapatkan data bahwa Ny.N tidak bisa menggerakan seluruh badannya, pasien hanya berbaring. Sedangkan Ny.M tidak bisa menggerakan tangan dan kaki kirinya. Intervensi keperawatan berfokus utama diagnose hambatan mobilitas fisik memiliki tujuan meningkatan kekuatan otot, pasien berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Implementasi keperawatan Terdapat perbedaan hasil implementasi keperawatan pada Ny. Tidak terdapat peningkata kekuatan otot dikarena kondisi kesadaran samnolen sedangkan Ny.M peningkatan kekuatan otot pada ekstremitas atas menjadi skala 6 dan ekstremitas bawah skala 4. Saran: diharapakan ada jadwal rehabilitasi terpadu yang terinteritas antara perawat, fisioterapi dan keluarga untuk mencegah tidak terjadi kontraktur ataupun atrofi otot.